Terus terang topik bola sama sekali tidak menarik bagi saya. Adalah suatu kekonyolan jika mengerjakan sesuatu di luar kemampuan yang ada dalam diri saya. Kalau kebanyakan orang mengatakan menonton bola itu asik sampai rela berdesak-desakan, merogoh kocek terlalu dalam, meninggalkan kewajiban kepada Sang Khalik untuk sekedar menonton sebuah bola yang digelindingkan dan diperebutkan oleh 22 orang dalam sebuah lapangan, bagiku tidak menarik sama sekali.
Heran juga, begitu getolnya masyarakat dunia pada bola sampai berteriak-teriak histeris bila bola lawan nyaris menjebol gawang. Padahal para pemainnya tenang saja. Kembali ke permasalahan mengapa saya tidak suka menonton bola. Karena tidak menarik, membosankan, gerakannya monoton, menyita waktu, menghabiskan dana, supporter suka rusuh, brutal, mengundang judi, mengandung zat adiktif (mencandu); kalau semalam saja tidak nonton bola biasanya para pecandu bola kesepian, suka sakau, haha. Curhat Icha_nors dalam catatannya di Kompasiana.
Heran juga, begitu getolnya masyarakat dunia pada bola sampai berteriak-teriak histeris bila bola lawan nyaris menjebol gawang. Padahal para pemainnya tenang saja. Kembali ke permasalahan mengapa saya tidak suka menonton bola. Karena tidak menarik, membosankan, gerakannya monoton, menyita waktu, menghabiskan dana, supporter suka rusuh, brutal, mengundang judi, mengandung zat adiktif (mencandu); kalau semalam saja tidak nonton bola biasanya para pecandu bola kesepian, suka sakau, haha. Curhat Icha_nors dalam catatannya di Kompasiana.
Banyak orang yang cara pandangnya tentang bola seperti diatas, terutama dari kalangan hawa dan termasuk saya. Sejak mengenal media elektronik sampai masuk usia 23 masih mencari apa yang menjadi faktor ketertarikan orang-orang sampai banyak yang tulus ikhlas begadang semalaman untuk menyaksikan klub bola andalan berlaga di monitor televisi. Bahkan yang sedang ngetrend sekarang adalah istilah nobar alias nonton bareng. Warkop-warkop di pinggir jalan biasanya full fans klub bola jika ada jadwal pertandingan. Mungkin kalian pernah lihat atau pernah terlibat. Tidak ada yang mengatakan salah dari ketertarikan ini, selama masih
berada di jalur positif dan tidak merugikan orang lain sah-sah saja
memiliki klub bola idola. Saya pernah mencoba 'ikut-ikutan' menonton klub idola teman tapi rasanya hambar, biasa saja. Apanya yang menarik? Apanya yang menarik? Apanya yang menarik? masih selalu diliputi pertanyaan ini.
And then..
Bayern Munchen. Siapa sangka saya mulai tergila-gila. Sebelumnya saya tidak
tahu-menahu Die Roten ini klub bola dari mana, Coachnya siapa, pemainnya
siapa saja, dan slogannya apa. Tapi jika detik ini ditanya dengan
bangga akan saya jawab “Jerman, Pep Guardiola, Ribery, Tony Kroos, Muller,
etc, Mia San Mia”. Lengkap. Semua terjawab dengan cepat
karena saat ini saya memang sangat mengidolakannya. Mengidolakan dalam
volume penuh. Tidak ada satupun laga Munchen di lapangan hijau yang saya lewatkan (terhitung sejak saya mengidolakannya), entah yang begadang ataupun tidak, semua saya sikat habis. Yang agak diluar kendali, pelatihnya mengeluarkan aroma sihir dan berhasil menjerat saya menjadi fans fanatik, hahaha. Believe or not saya mulai memasang photo Pep Guardiola di handphone,
menjadikannya wallpaper desktop dan photo profile sosial media. Kenapa
harus Pep Guardiola? Jawabannya kita simpan, ada masanya akan saya
ceritakan.
Masih pemula. Ilmu tentang Bayern Munchen masih cetek dan sedang saya dalami. Menyenangkan mengidolakan Munchen didalam kesendirian, diantara teman yang rata-rata mengidolakan Chelsea, Barcelona, Arsenal, Real Madrid, Manchester United, dll.
Banyak yang bertanya, "sejak kapan menyukai bola? kenapa harus Bayern Munchen? kenapa Pep Guardiola yang diidolakan? Photo profilnya Pep Guardiola terus, bosan!". Jawabannya kita simpan lagi. Yang pasti menyukai Bayern Munchen bukan keterpaksaan, bukan ikut-ikutan, bukan untuk ajang pamer-pameran. Bayern Munchen adalah jawaban dari apa yang selama ini saya pertanyakan. Mia San Mia
Bahan bacaan:
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/06/08/maaf-saya-tidak-suka-nonton-bola-468398.html
0 Komentar:
Post a Comment