Oct 17, 2013




XXXXXX.

Ketika mengatakan 'saya tidak pantas untuknya' entah itu bermakna pesimis atau sebuah semangat positif untuk menjauhkan diri dari yang namanya menjalin hubungan dengan lawan jenis yang belum menjadi muhrim. Tidak ada yang tahu selain Tuhan penciptaku. Sejujurnya memang benar keinginanku hanya sebatas ini. Hanya terus-terusan menyukai lawan jenis tanpa niat dan rasa gregetan untuk memiliki. Ini bukan pengakuan dosa ataupun pelanggaran terhadap kewajiban dan keharusan "memiliki" lawan jenis seperti halnya wajib pajak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bukan pula karena kesombongan memiliki fisik yang ayu nan gemulai lantas saya berkehendak seperti itu. Itu jauh. Saya tidak ingin menamakannya trauma atau sakit hati yang teramat dalam kepada lawan jenis. Sebut saja krisis kepercayaan terhadap kalimat laki-laki yang mukanya sering diberi tanda X. Saya ingin berpikiran lebih positif lagi menamakannya kedewasaan; perbaikan diri menuju kematangan usia yang sesungguhnya. Persiapan menjadi seorang ibu dari satu laki-laki sampai akhir hayatku. Bukan satu kemudian berpisah, menjadi kedua kemudian berpisah, menjadi ketiga kemudian berpisah lagi. Tidak boleh! (kecuali) jika memang garis takdirku seperti itu.

Satu hal yang kusadari setelah merasa menjadi lebih dewasa, tidak ada yang menarik dari hubungan yang dinamakan pacaran. Negative thinking saya terhadap 'pacaran' lebih besar ketimbang positive thinkingnya. 1, 2, 3, 4 temanku menghabiskan hari-harinya untuk tidak mood, bersedih, berbohong dan bertengkar dengan pasangan yang mereka panggil pacar, sayang, aishiteru dalam telepon seluler. Kemudian putus 2 kali seminggu. Pacaran macam apa itu?

Sedangkan yang belum pacaran berbondong-bondong menyukai lawan jenisnya secara lebih agresif, curhat sana-sini tentang perasaannya serta menawarkan traktiran kepada seseorang yang bersedia menjadi 'mak comblang'nya. Dan saya sebaliknya lebih memilih diam. Diam yang bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Diam berarti aku memikirkanmu, namamu, mukamu dan cara mengenal kehidupanmu. Diam memandangi photomu, memperhatikan jejeran gigimu yang rapih, mengamati pakaianmu yang tidak lusuh dan entah wanginya menggunakan pengharum apa, persis seperti pengharapanku. Diam yang terkadang ingin mengatakan sesuatu kepadamu, bukan i love you atau i miss you. Terlalu mengada-ngada jika memikirkan itu. Just say hello, how are you? Kemudian kau balas. Kita bercerita, tertawa, lucu-lucuan, sepertinya seru. Yang terjadi di hari berikutnya bukan pacaran melainkan penjajakan yang berkedok lucu-lucuan. I want a relationship where we talk like best friends, play like kids, argue like husband and wife, and protect each other like siblings.
Engkau bebas menilaiku selucu apa dan aku bebas menilaimu seserius apa. Kubebaskan kau dengan duniamu. Tapi ketika masanya telah tiba kau harus kembali kepadaku; bersama-sama menempuh hidup baru. Chigo, banguuun! Kau tidak pantas untuknya.


0 Komentar:

Post a Comment

 

Copyright 2010 Chigosan.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.