Setidaknya ada beberapa orang yang berpikir bahwa seseorang menghabiskan separuh waktunya untuk nge-blog karena faktor kesepian, menutup diri dan tidak ngeh bersahabat dengan lingkungan. Mereka adalah orang-orang membosankan yang menghabiskan waktu di kamar, menarik kursi keluar dari bawah meja, merapikan duduk, menarik nafas dalam-dalam, diam, kemudian menatap LCD komputer, menuangkan isi pikiran, curhat tentang kehidupan pribadinya dan orang lain, menceritakan sesuatu yang menarik menurutnya dan jemari pun mulai sibuk mengetik di permukaan keyboard. Mungkin saja sekali dua kali menggaruk keras kulit kepala ketika inspirasi menulis tak kunjung datang. Menatap mesra seseorang untuk menemukan ide atau membanting pintu kamar untuk kemudian tidur dan bangun lagi sehingga dapat inspirasi. Padahal menulis tidak harus dia lakukan, menulis saja kalau ada ide, kalau tidak ada ambil kegiatan lain. Susah amat~
Benar juga. Kalau menulis pernah membuat Anda merasakan memiliki isi hati yang bertentangan namun kekuatannya seimbang dan memaksa untuk membenarkan kedua-duanya maka pikiran kita sama. Menulis seperti ini terkadang memunculkan pertanyaan tersendiri, pertanyaan yang berasal dari kepala dan memaksa sisi hati yang berada di sebelah kanan dan sisi hati yang berada di sebelah kiri untuk kompak memberikan satu jawaban padahal sebenarnya tidak bisa. Saya menulis karena apa? Hobi atau kesepian.
Saya memang memiliki hobi curcol (curhat colongan) dalam bentuk tulisan. Bukan lisan yang perlu dijelaskan sedemikian rupa kepada orang lain yang sejujurnya dengan sadar dan sengaja saya hindari karena faktor tiiit. Sebut saja mulut ember. Lah tulisan di blogmu apa kabar? Bukannya semua orang bebas mengakses dan membacanya?
Iya sih.. setidaknya kalimatnya telah dipikirkan baik-baik dan dikemas lebih pantas untuk pembaca ketimbang bercerita face to face dimana emosi dan semangat bercerita terkadang lost control dan susah dikendalikan. Salah sedikit berucap akibatnya bisa menjadi konflik.
Kesepian hanyalah "kadang-kadang". Kadang-kadang karena kesepian saya menulis. Kadang-kadangnya lagi karena sengaja menyepi yang membuat saya menulis.
Saya memang memiliki hobi curcol (curhat colongan) dalam bentuk tulisan. Bukan lisan yang perlu dijelaskan sedemikian rupa kepada orang lain yang sejujurnya dengan sadar dan sengaja saya hindari karena faktor tiiit. Sebut saja mulut ember. Lah tulisan di blogmu apa kabar? Bukannya semua orang bebas mengakses dan membacanya?
Iya sih.. setidaknya kalimatnya telah dipikirkan baik-baik dan dikemas lebih pantas untuk pembaca ketimbang bercerita face to face dimana emosi dan semangat bercerita terkadang lost control dan susah dikendalikan. Salah sedikit berucap akibatnya bisa menjadi konflik.
Kesepian hanyalah "kadang-kadang". Kadang-kadang karena kesepian saya menulis. Kadang-kadangnya lagi karena sengaja menyepi yang membuat saya menulis.
- Kesepian karena rumah jauh dari suara bising kendaraan. Kompleks perumahan yang begitu tenang, hanya sekali dua kali mendengar suara kendaraan dalam 1 x 60 menit. Itupun karena suara kendaraan pribadi tetangga.
- Kesepian karena seatap dengan dua orang perempuan hebat yang lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah.
- Kesepian karena fokus skripsi memaksa untuk meninggalkan komunitas dan wadah berkumpul menuntut ilmu dalam waktu yang tidak diketahui.
- Kesepian karena tidak ada sound system besar dirumah.
- Kesepian karena tidak memiliki kebiasaan nongkrong di mall.
- Kesepian karena televisi lebih sering di mute untuk mendapatkan suasana tenang tapi kelihatan ramai.
- Kesepian karena gadget tidak mengambil andil dalam hidup saya. Gadget hanya menyita 1 jam dari 24 jam yang saya miliki.
- Kesepianku hanya sebatas sunyi tak mendengar apa-apa, bukan karena tidak memiliki siapa-siapa. Tuhan, keluarga, teman, sahabat.. punya. Asal jangan disangka kesepian karena status :D
Menulis diantara kerumunan orang susah. Susah menemukan inspirasi. Susah menuangkan isi otak. Konsentrasi kemana-mana, fokus bercabang sana-sini. Bla bla bla.. wa wa wa wa wa.. ha ha ha ha.. nga nga nga nga.. kalau di mute, perhatikan gerakan mulut orang-orang itu kurang lebih seperti mengucapkan kata-kata ini.
Bersambung.
Bersambung.
0 Komentar:
Post a Comment