Karya: Ariyaldi Ali |
Pernah dengar kata tawuran? Kalau tubir? Tawuran dan tubir sama saja, sama-sama istilah yang sering digunakan masyarakat Indonesia khususnya di kota-kota besar sebagai perkelahian atau tindak kekerasan yang dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Pertanyaan selanjutnya. Pernah terlibat tawuran? Atau pernah menyaksikan tawuran? Sebaiknya jangan yaah.
Kemarin sore sekitar pukul 14.30 WITA tawuran terjadi 'lagi' di kalangan mahasiswa. #Sebut saja Kampus Merah. Kenapa memakai kata 'lagi'? Karena memang kejadian seperti ini telah terjadi berkali-kali oleh dua kelompok mahasiswa yang sama dan pada tempat yang sama pula.
Kejadian serupa pernah terjadi pada Desember 2011. Dimana dua kelompok mahasiswa terlibat saling lempar batu di halaman Perpustakaan Pusat yang diduga terjadi oleh aksi propokatif oknum mahasiswa dan mengakibatkan sejumlah fasilitas ruang kuliah pecah terkena lemparan batu (Identitas Online.net).
Nah yang terjadi kemarin persis seperti yang dibahasakan diatas. Entah beruntung atau apes namanya, yang pastinya tawuran kali ini bisa saya saksikan secara LIVE dari awal sampai akhir kejadian. Anggap saja saya sedang terjebak disana. Lokasi kejadian yang diapit dua gedung berlantai 3 membuat warga kampus yang berada di lokasi bisa menyaksikan secara jelas. Satu hal yang sampai saat ini masih menjadi tanda tanya dikepala ketika tiba-tiba lemparan batu diarahkan kepada kami yang berada di lantai dua Perpustakaan. Batunya sebesar kepalan tangan dan hampir mengena salah seorang diantara kami. Untungnya hanya hampir. Cek per cek ternyata alasan lemparan batu tersebut adalah reaksi yang timbul sebagai akibat dari ulah salah seorang diantara kami yang mencoba mengambil gambar menggunakan kamera handphone secara sembunyi-sembunyi. Padahal sebelumnya telah ada peringatan bahwa "jangan ada yang mengambil gambar". Kenapa tidak boleh??? Kalau tidak ingin di ekspos, jangan tawuran di tempat umum dong. Oiya suasananya seperti sedang memainkan games Angry Bird dari dua sisi. Saling mengarahkan batu ke arah lawan masing-masing. Lemparan batu dimana-mana. Tapi sayang sekali tidak ada ketapel disana.
Nah yang terjadi kemarin persis seperti yang dibahasakan diatas. Entah beruntung atau apes namanya, yang pastinya tawuran kali ini bisa saya saksikan secara LIVE dari awal sampai akhir kejadian. Anggap saja saya sedang terjebak disana. Lokasi kejadian yang diapit dua gedung berlantai 3 membuat warga kampus yang berada di lokasi bisa menyaksikan secara jelas. Satu hal yang sampai saat ini masih menjadi tanda tanya dikepala ketika tiba-tiba lemparan batu diarahkan kepada kami yang berada di lantai dua Perpustakaan. Batunya sebesar kepalan tangan dan hampir mengena salah seorang diantara kami. Untungnya hanya hampir. Cek per cek ternyata alasan lemparan batu tersebut adalah reaksi yang timbul sebagai akibat dari ulah salah seorang diantara kami yang mencoba mengambil gambar menggunakan kamera handphone secara sembunyi-sembunyi. Padahal sebelumnya telah ada peringatan bahwa "jangan ada yang mengambil gambar". Kenapa tidak boleh??? Kalau tidak ingin di ekspos, jangan tawuran di tempat umum dong. Oiya suasananya seperti sedang memainkan games Angry Bird dari dua sisi. Saling mengarahkan batu ke arah lawan masing-masing. Lemparan batu dimana-mana. Tapi sayang sekali tidak ada ketapel disana.
Penyebab tawuran beragam, mulai dari hal sepele sampai hal-hal serius yang kemudian menjurus pada tindakan bentrok. Kurangnya didikan agama, pengaruh teman/lingkungan, kurangnya perhatian orang tua dan faktor ekonomi. Silahkan ditambahkan jika masih ada. Kalau berbicara mengenai akibat yang ditimbulkan sudah jelas bahwa reputasi kampus tercoreng di mata masyarakat, menimbulkan perpecahan, meresahkan warga kampus, memberikan dampak negatif bagi keluarga mahasiswa yang terlibat tawuran, dsb. Jadi untuk apa tawuran. Keep study guys and STOP TAWURAN!
Karya: Uci Sumarmo |
Karya: Jefri Dwi |
0 Komentar:
Post a Comment