Dulu jaman mahasiswa baru sering berpikir begini, “Kakak yang lewat itu pasti kurang `gimana` otaknya masa’ kuliah sampai lama begitu. Bikin apa dia setiap hari ke kampus kok skripsinya tidak selesai-selesai? Pasti cuma pacaran kalo ke kampus. Ato jangan-jangan usahanya banyak (fokus cari uang) makanya belum selesai? Huu dasarrr sudah jadi kakek-neneknya kampus masih saja lenggak-lenggok ketawa sana sini padahal skripsinya belum selesai, tidak malu apa sama dosen, teman-teman dan junior-juniornya. IHHHH!“.
Pokoknya ada berbagai jenis cacian yg keluar dari dalam hati untuk menghujat senior yang tidak selesai studinya alias tidak sarjana tepat pada waktunya. Nah sekarang seolah jadi hukum karma yang mantul ke kehidupanku. Tibalah giliranku berada di posisi senior yang tidak jelas itu. Percaya tidak percaya sampai detik ini kalo tidak salah hitung sudah di semester 13. Mana ada semester 13?? Ato nyebutnya semester banyak aja yah biar tidak ketahuan nominalnya.
Kalo kamu jadi juniorku mungkin pikiranmu akan seperti aku juga pada saat itu. Ya kan? (Emang iya, masalah buat lo). Ternyata rasanya jadi senior yang lama selesainya itu tidak enak banget. Seandainya bisa dimuntahin.. pengeeen banget dimuntahin. Skripsi itu ibarat bayangan yang selalu mengikuti tapi sulit digapai. Seperti itu menggambarkannya. Oiya kayak hantu juga. KEJAM, MENGERIKAN dan sering membayang-bayangi. Tidak kenal waktu, tempat dan suasana hati. Kadang pas lagi bahagia-bahagianya dan e’ tiba-tiba kepikiran skripsi rasanya kayak makan donat campur cabe, bahagianya seketika buyar berganti rasa eneg, muak dan ingin gila. Kadang juga nih pas lagi ngumpul ketawa-ketiwi sama teman and then skripsi melintas lagi di pikiran uhh rasanya ingin angkat kontainer trus dibanting sekuat-kuatnya. Dan yang paling bikin galau tingkat dewa kalo lagi sedih-sedihnya mikirin masalah hidup, mikirin isi saku, mikirin perasaan sama lawan jenis trus tiba-tiba ingat skripsi ya amplooop rasanya SUPER DUPER GILA. Bisa sampai tidak keluar kamar seharian.
Tapi ternyata ada sejuta alasan dibalik nasib Sang Senior yang lama selesainya. Faktor internal dan external biasanya campur aduk yang kemudian dibiarkan terjadi secara berlarut-larut hingga jadilah Sang Senior lama selesainya. Kesalahan terbesar yang bisa aku koreksi sebagai seseorang yang mengalaminya adalah Sang Senior membiarkan kejadian ini terjadi pada dirinya dan mengacuhkan yang namanya mencari solusi. Membiarkan dirinya terpuruk di zona nyaman yang mematikan ide dan malah menghidupkan kemalasan. Menghindari bertemu dosen pembimbing, seketika anti kampus, membenci teman yang selalu mengingatkan kerja skripsi, hobby jalan-jalan dan hura-hura (hura-huranya positif). Seperti itu.
Akan tetapi satu hal yang membuatku bangga menjadi diriku adalah ketika predikat “tidak sarjana-sarjana” yang secara tidak langsung disematkan kepadaku oleh orang-orang disekelilingku tidak membuatku semakin terpuruk. Keep smile kata Caisar. Aku berusaha menunjukkan bahwa walaupun belum dipercaya oleh Yang Maha Kuasa untuk menyelesaikan study tepat pada waktunya bukan berarti akan terus-menerus menjadi beban keluarga. Terutama masalah biaya pendidikan; SPP gitu deh. Aku berusaha membuktikan bahwa aku mampu bayar SPP sendiri. Bukan bermaksud jahat atau balas dendam kepada keluarga,BUKAN! Tapi hanya sekedar meringankan dan menghibur perasaan bahwa aku tidak ingin hanya jadi benalu untuk keluarga. Cuma itu. Keluarga juga masih fine-fine saja soal pembayaran SPP hanya saja memang akunya yang sedikit ngotot bayar SPP bagaimanapun caranya. Nah, alhamdulillah dikasi jalan sama Yang DiAtas. Dikasi ide kreatif bikin lampu hias. Untungnya lumayan. Jadilah aku siang malam berjuang jadi pedagang dadakan hingga akhirnya SPP pun lunas. Tidak apa, yang jelasnya halal.
Tere Liye bilang gini:
Ketika masa depan belum disingkap, ketika kabar baik atau buruk belum tiba, maka bergegaslah melengkapi diri dengan pakaian terbaik menghadapinya: rasa sabar dan selalu bersyukur.
Kalimat ini sangat menyadarkan. Intinya sih harus bersabar menghadapi skripsi dan yang tidak kalah penting mempersiapkan diri. Mulai semangat lagi nih.
Oiya ternyata dalam perjuangan tidak ada yang lebih kuat selain semangat dan doa tentunya. Aku yang ogah-ogahan kerja skripsi gara-gara pernah dipersulit sm pembimbing jadi semangat lagi. Faktanya juga, skripsiku tidak bakalan selesai kalo aku masih setia menunggu masalah-masalah hidupku kelar semua. Sekarang kerja skripsi ah… Besok ngampus ah.
Pokoknya ada berbagai jenis cacian yg keluar dari dalam hati untuk menghujat senior yang tidak selesai studinya alias tidak sarjana tepat pada waktunya. Nah sekarang seolah jadi hukum karma yang mantul ke kehidupanku. Tibalah giliranku berada di posisi senior yang tidak jelas itu. Percaya tidak percaya sampai detik ini kalo tidak salah hitung sudah di semester 13. Mana ada semester 13?? Ato nyebutnya semester banyak aja yah biar tidak ketahuan nominalnya.
Kalo kamu jadi juniorku mungkin pikiranmu akan seperti aku juga pada saat itu. Ya kan? (Emang iya, masalah buat lo). Ternyata rasanya jadi senior yang lama selesainya itu tidak enak banget. Seandainya bisa dimuntahin.. pengeeen banget dimuntahin. Skripsi itu ibarat bayangan yang selalu mengikuti tapi sulit digapai. Seperti itu menggambarkannya. Oiya kayak hantu juga. KEJAM, MENGERIKAN dan sering membayang-bayangi. Tidak kenal waktu, tempat dan suasana hati. Kadang pas lagi bahagia-bahagianya dan e’ tiba-tiba kepikiran skripsi rasanya kayak makan donat campur cabe, bahagianya seketika buyar berganti rasa eneg, muak dan ingin gila. Kadang juga nih pas lagi ngumpul ketawa-ketiwi sama teman and then skripsi melintas lagi di pikiran uhh rasanya ingin angkat kontainer trus dibanting sekuat-kuatnya. Dan yang paling bikin galau tingkat dewa kalo lagi sedih-sedihnya mikirin masalah hidup, mikirin isi saku, mikirin perasaan sama lawan jenis trus tiba-tiba ingat skripsi ya amplooop rasanya SUPER DUPER GILA. Bisa sampai tidak keluar kamar seharian.
Tapi ternyata ada sejuta alasan dibalik nasib Sang Senior yang lama selesainya. Faktor internal dan external biasanya campur aduk yang kemudian dibiarkan terjadi secara berlarut-larut hingga jadilah Sang Senior lama selesainya. Kesalahan terbesar yang bisa aku koreksi sebagai seseorang yang mengalaminya adalah Sang Senior membiarkan kejadian ini terjadi pada dirinya dan mengacuhkan yang namanya mencari solusi. Membiarkan dirinya terpuruk di zona nyaman yang mematikan ide dan malah menghidupkan kemalasan. Menghindari bertemu dosen pembimbing, seketika anti kampus, membenci teman yang selalu mengingatkan kerja skripsi, hobby jalan-jalan dan hura-hura (hura-huranya positif). Seperti itu.
Akan tetapi satu hal yang membuatku bangga menjadi diriku adalah ketika predikat “tidak sarjana-sarjana” yang secara tidak langsung disematkan kepadaku oleh orang-orang disekelilingku tidak membuatku semakin terpuruk. Keep smile kata Caisar. Aku berusaha menunjukkan bahwa walaupun belum dipercaya oleh Yang Maha Kuasa untuk menyelesaikan study tepat pada waktunya bukan berarti akan terus-menerus menjadi beban keluarga. Terutama masalah biaya pendidikan; SPP gitu deh. Aku berusaha membuktikan bahwa aku mampu bayar SPP sendiri. Bukan bermaksud jahat atau balas dendam kepada keluarga,BUKAN! Tapi hanya sekedar meringankan dan menghibur perasaan bahwa aku tidak ingin hanya jadi benalu untuk keluarga. Cuma itu. Keluarga juga masih fine-fine saja soal pembayaran SPP hanya saja memang akunya yang sedikit ngotot bayar SPP bagaimanapun caranya. Nah, alhamdulillah dikasi jalan sama Yang DiAtas. Dikasi ide kreatif bikin lampu hias. Untungnya lumayan. Jadilah aku siang malam berjuang jadi pedagang dadakan hingga akhirnya SPP pun lunas. Tidak apa, yang jelasnya halal.
Tere Liye bilang gini:
Ketika masa depan belum disingkap, ketika kabar baik atau buruk belum tiba, maka bergegaslah melengkapi diri dengan pakaian terbaik menghadapinya: rasa sabar dan selalu bersyukur.
Kalimat ini sangat menyadarkan. Intinya sih harus bersabar menghadapi skripsi dan yang tidak kalah penting mempersiapkan diri. Mulai semangat lagi nih.
Oiya ternyata dalam perjuangan tidak ada yang lebih kuat selain semangat dan doa tentunya. Aku yang ogah-ogahan kerja skripsi gara-gara pernah dipersulit sm pembimbing jadi semangat lagi. Faktanya juga, skripsiku tidak bakalan selesai kalo aku masih setia menunggu masalah-masalah hidupku kelar semua. Sekarang kerja skripsi ah… Besok ngampus ah.
0 Komentar:
Post a Comment