Sep 25, 2013

Dari Agung Sudomo aku belajar banyak tentang Spesies Alien. Wah dari temanya saja sudah menarik kan? Memang menarik. Bahkan saya merasa lebih tertarik membahas dan mempelajari tema ini dibanding isi skripsiku sendiri, meskipun sama-sama membahas masalah Ekologi. Hehehe. Padahal bukan spesies alien ini yang akan membawaku memakai toga. Tapi sudahlah, ini masalah selera, bukan masalah kewajiban mengerjakan skripsi atau membayar SPP.

Ayo kita bahas.

Alien yang dimaksudkan disini memang sama-sama makhluk asing, tetapi bukan makhluk luar angkasa yang sering juga kita sebut alien. Alien spesies adalah spesies organisme tertentu yang sebelumnya tidak ada di suatu habitat tertentu, kemudian diintroduksi ke wilayah tersebut.
Nasib alien spesies bisa bermacam-macam. Alien spesies bisa saja menggusur spesies lokal yang sebelumnya sudah ada di wilayah tersebut. Atau bisa saja alien spesies gagal beradaptasi dengan lingkunga yang baru. Alien spesies yang berhasil menggusur spesies asli disebut invasif alien spesies atau Invasive Alien Species (IAS).

Masih bingung? Oke, kita dengar penjelasan Dede Sriwahyuni.

Invasive Alien Species atau IAS merupakan spesies asing yang datang dari luar negeri ke Indonesia yang berpotensi menganggu organisme hayati yang ada di Indonesia akibat sifatnya yang invasif. Invasive Alien Species ini bisa berupa ikan, tumbuhan maupun hewan yang selama ini tidak terdapat di Indonesia. Namun, sejauh ini sudah banyak spesies yang tergolong IAS dari negara lain yang telah masuk ke Indonesia, antara lain enceng gondok, keong emas, ikan sabu-sabu ataupun iguana (yang awalnya hanya digunakan sebagai binatang peliharaan). Ternyata spesies-spesies tersebut kemudian justru menjadi hama yang dapat merusak plasma nutfah yang ada di Indonesia. 


Keong emas yang dibawa dari Afrika kini menjadi hama yang merusak tanaman padi. Ikan sabu-sabu justru banyak memangsa makanan yang menjadi makanan asli Indonesia, bahkan termasuk ikannya. Begitu juga dengan iguana yang awalnya menjadi binatang hias namun kini menjadi pemangsa sejumlah hewan asli Indonesia. Monyet ekor panjang dan rusa merah di Papua, kedua spesies ini tidak memiliki predator di pulau ini berkembang biak dengan cepat, sehingga monyet memakan telur-telur cenderawasih dan rusa merah menekan populasi kanguru pohon khas Papua. Sedangkan tumbuhan enceng gondok dapat merusak lingkungan dengan cara menyebabkan pendangkalan sungai serta mengurangi suplai oksigen karena menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air.


Tentu saja yang dikhawatirkan dari alien spesies adalah terancamnya keaneka ragaman hayati. Lalu bagaimana alien spesies bisa masuk kedalam suatu ekosistem tertentu?. Masuknya spesies baru bisa secara sengaja atau tidak sengaja. Spesies bakteri bisa saja menempel pada pakaian atau barang lainnya saat kita berkunjung ke luar negeri. Atau karena kita mengikuti tren memelihara hewan eksotik tertentu dan setelah berkembang biak maka kita melepaskannya ke lingkungan maka hewan eksotik yang kita lepas tersebut akan menjadi alien spesies.

Keadaan dunia saat ini yang seolah tanpa batas semakin memudahkan penyebaran alien spesies. Barier alam seperti samudra dan pegunungan seakan tidak memberikan batas antara satu daerah dengan daerah yang lainnya. Perdagangan antar negara yang semakin intensif juga memberikan andil yang besar dalam penyebaran invasif spesies.


Saat ini invasif alien spesies sudah menyebar di beberapa bagian dunia. Benua afrika merupakan benua dengan alien spesies terbanyak. Di Indonesia sendiri, beberapa invasif alien spesies juga ditemui seperti akasia di Taman Nasional Baluran, dan monyet ekor panjang di Papua [sumber]. Global Invasive Species Database bahkan sudah mengeluarkan 100 invasif alien spesies yang paling parah di muka bumi.


Alien spesies sudah menjadi ancaman baru bagi keanekaragaman hayati yang akan berimbas, baik pada ekonomi atau pada kesehatan. Masalah Invasif alien spesies merupakan maslah internasional, penanganannya harus dilakukan secara terpadu. Uni Eropa juga sudah ambil bagian dalam penanganan alien spesies ini, begitu juga denganCBD. Di indonesia sendiri salah satu langkah yang di ambil dalam penanganan invasif alien spesies adalah dengan menguatkan karantina.


Tetapi sehebat apapun rancangan yang dibuat untuk menangani masalah ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada komitmen dari unsur terkecil masyarakat yaitu kita sendiri. Melalui tulisan yang sederhana ini saya mengajak kita semua untuk mulai peduli dengan hal-hal kecil yang dapat memberikan dampak yang cukup besar seperti masalah invasif alien spesies ini. 

Menarik bukan?
Harapan saya dan pastinya harapan Agung Sudomo serta Dede Sriwahyuni juga, setelah membaca ini mari kita ikut mengambil andil dalam upaya penyelamatan bumi Indonesia.
Minimal kenali dan sayangi lingkungan!

Sumber:
http://asudomo.wordpress.com/2011/05/04/alien-spesies/
http://ias.karantina.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=73:dukungan-petugas-karantina-hewan-dalam-menangkal-penyebaran-invasive-alien-species-ias-di-indonesia&catid=86:animal

0 Komentar:

Post a Comment

 

Copyright 2010 Chigosan.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.