Sep 30, 2013

Puput, teman yang terlahir dari latar belakang agama orang tua yang berbeda. Ibu Jawa, bapak Bali, ibu muslim sedangkan bapak Hindu. Bagaimana perasaan mereka menjalani kehidupan seperti ini? Yang pasti sang ibu pasti bahagia ketika sang calon suami pada masa itu memutuskan memeluk agama islam sebelum menikahi beliau. Mereka dipertemukan asmara. Kemudian dipertemukan sekat maya yang tak terlihat rupanya; agama. 

Puput pernah berkata, mungkin itu jawaban dari doa-doa yang dipanjatkan ibu selama setengah tahun mengalami dilematis untuk meyakinkan hatinya bahwa, "benarkah laki-laki ini jodohku? atau hanya jodoh yang dikirimkan setan untuk menggoda imanku?". Shalat tahajjud yang tidak pernah absen dan doa-doa penguat hati selepas shalat wajib memberi jawaban. Puput telah terlahir ke dunia. Sedang bersamaku mengejar gelar Sarjana Kehutanan. Puput tidak pernah memilih lahir di keluarga mana, suku tertentu ataupun agama apa. Sepertinya memang sudah takdir kita saja dilahirkan di keluarga Islam, Kristen, Hindu dan Buddha. Takdir menjadi suku Bugis, Jawa, Batak atau Papua. Takdir dilahirkan di Pasempe, Semarang, Bali, Eropa atau Afrika. Believe that everything happens for a reason.
Seperti kata Agus Lenyoot, di luar sana sekat senada meski tak sama juga ada. Di Bali disebut kasta. Jika agama horizontal, kasta relasi atas bawah. Ada yang merasa lebih tinggi dibandingkan yang lain. Persoalan jatuh cinta yang tersekat agama maupun kasta tak cuma urusan Ibu dan Bapaknya Puput semata. Ada banyak dari mereka yang sedang dirundung masalah serupa. Kalau pernah menonton film Cinta Tapi Beda besutan Hanung Bramantyo pasti bisa merasakan siksaannya meskipun belum pernah mengalami. Minimal dapat feel dari filmnya. Film yang menggambarkan percintaan sepasang manusia yang berbeda agama. Sebuah film yang underestimate terhadap islam (menurutku).

Cinta beda agama ibarat sebuah sepeda. Roda depan dan belakang tidak bisa berdampingan.

Cinta beda agama sebaiknya dijauhi karena akan menimbulkan banyak masalah. Mau tidak mau kamu akan dilibatkan pada pilihan duniawi dan surgawi. Bukannya cinta seiman itu gak ada masalahnya tapi setidaknya masih lebih enteng dan tidak melibatkan nama Tuhan. Beruntung jika bisa berakhir di pelaminan seperti orang tua Puput. Kalau tidak?

Pernah merasakan memberi efek jera pada saya. Awalnya indah seperti cinta-cinta yang lain. Saat menjalaninya, kamu akan belajar menghargai dan bertoleransi, belajar bekerja sama dan belajar menikmati perbedaan. Setiap hari mengingatkan dia sembahyang di Pura, sebaliknya dia mengingatkan shalat lima waktu, bla bla bla bla. Cepat atau lambat kamu akan menyadari jika hubungan seperti ini tidak mempunyai tujuan yang jelas. Sadar cinta tidak kenal agama itu salah. Hei! Agama itu dasar hidup, kalau agama saja sudah beda, bagaimana kelak menghadapi perbedaan ini itu. Makan ini bagi dia halal tapi makan itu bagi kamu haram. Think again!


Putu Ary Eka Subaktiningrum,
terima kasih cerita-ceritanya ketika saya sedang berproses pada saat itu. Semoga kita semua bisa belajar dari kisah ini.

Bahan bacaan:
http://ruangkata.wordpress.com/2013/07/21/cinta-tapi-beda-agama/ 
http://fhionnaletsoin.blogspot.com/2013/04/beberapa-kata-mutiara-cinta-beda.html


2 Komentar:

Smartranger said...

berat memang materinya...susah kasih pandangan karena hanya memenangkan golongan lain..hahaha :D

Unknown said...

memenangkan golongan lain???

Post a Comment

 

Copyright 2010 Chigosan.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.